Pengalaman Orang Tua dalam Merawat Anak ADHD
Pengalaman Orang Tua dalam Merawat Anak ADHD
Saya ibu dari Muhammad Zain Giri Pandayan. Zain pernah mengalami speech delay di usia 3 tahun. Pada usia 4 tahun, Zain didiagnosa ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) oleh dokter tumbuh kembang anak.
Zain pernah menjalani serangkaian terapi untuk mengejar ketertinggalan dalam kemampuan verbalnya. Zain mempunyai masalah pada artikulasi dan sensoriknya. Selain itu, Zain mempunyai gangguan pemusatan perhatian (sulit fokus) dan sangat impulsif (hiperaktif).
Hampir 1 tahun Zain melakukan terapi wicara, terapi perilaku, terapi okupasi, dan terapi sensori. Belum dinyatakan lulus terapi tetapi kami terpaksa berhenti karena pandemi.
Agar Zain tetap berprogres, maka Zain tetap melakukan terapi di rumah, semampu dan sebisa saya dengan bekal ilmu yang saya dapat dari para terapis.
Hal yang saya lakukan pertama kali saat Zain mendapatkan terapi adalah mengubah pola asuh dengan tidak memanjakannya dan membuang sumber masalah, yaitu HP dan televisi karena kedua benda tersebut dapat memperburuk kondisi ADHD yang dialaminya.
Saya membuat jadwal yang tersusun dan dilakukan secara konsisten. Menyediakan waktu lebih banyak lagi untuk menciptakan bonding antara kami berdua. Selain itu, hal yang saya lakukan adalah mendekatkan Zain dengan buku-buku cerita anak bergambar, mengganti mainan biasa dengan mainan edukatif yang interaktif sekaligus mengasah keterampilan motorik halus dan kasarnya, dan belajar calistung dengan media-media yang menyenangkan sesuai dengan gaya belajar anak ADHD. Perlahan tapi pasti, Zain berprogres semakin baik setiap harinya.
Memiliki anak berkebutuhan khusus tentu membuat saya sangat selektif memilih sekolah dasar. Mengingat 6 tahun merupakan waktu yang cukup lama. Saya khawatir lingkungannya tidak ramah dalam memperlakukan anak yang berbeda. Terlebih Zain sangat hiperaktif.
Saya sempat bingung ingin mendaftarkan Zain ke sekolah inklusi atau sekolah umum. Lalu saya berkonsultasi dengan terapisnya Zain. Alhamdulillah saya dapat rekomendasi sekolah dari beliau. Yaitu SDIT AL ISTIQOMAH. Beliau meyakinkan saya bahwa tenaga pengajar di sekolah tersebut sudah dibekali pengetahuan tentang anak-anak berkebutuhan khusus. Kemudian saya mencari tahu mengenai visi dan misi dari SDIT AL ISTIQOMAH. MasyaaAllah langsung jatuh hati saya pada sekolah ini. Berharap Zain bisa jadi bagian dari sekolah ini.
Saat ini alhamdulillah Zain benar-benar menjadi murid di SDIT AL ISTIQOMAH 2. Lingkungan pendidikan yang penuh persaudaraan dan rasa kekeluargaan dalam bingkai semangat dan nilai-nilai Islam.
Kepala sekolah yang ramah serta guru-guru yang memiliki pemikiran terbuka. Menerima kekurangan Zain sebagai suatu proses, menghargai sekecil apapun progresnya, ingin belajar bersama-sama dan bersinergi untuk mendapatkan hal yang terbaik, serta menyayangi murid-murid dengan setulus hati.
Baru 2 bulan Zain mengemban ilmu di SDIT ISTIQOMAH 2, bacaan Tamyiz BTQnya semakin baik. Semakin semangat pergi ke sekolah. Masyaallah… Alhamdulillah….
Semoga SDIT AL ISTIQOMAH 2 semakin berkembang, membangun generasi yang berakhlakul karimah.
Bersyukur menjadi bagian dari keluarga SDIT AL ISTIQOMAH 2.
Penulis : Bunda Muhammad Zain Giri Pandayan